Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo terus berusaha menciptakan iklim investasi yang kondusif. Hal itu berdampak pada pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat serta menurunkan angka kemiskinan.
Hal itu disampaikan Dosen Program Strudi Ekonomi Pembangunan Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY), Sri Susilo.
"Pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah, termasuk di Provinsi Jawa Tengah, dapat dipengaruhi oleh variabel konsumsi rumah tangga, investasi domestik dan asing , pengeluaran pemerintah, dan net ekspor atau selisih antara ekspor dengan impor," katanya saat dihubungi, Minggu, (09/07/2023).
Menurut Susilo, Pemprov Jateng dibawah komando Ganjar telah mempermudah seluruh kegiatan investasi dan menuntaskan persoalan pungutan liar investasi di Jateng.
Di samping itu, tenaga kerja yang semakin kompetitif baik dalam upah dan produktivitas menjadi faktor lain mengalirnya investasi di Provinsi Jawa Tengah.
"Tentu dukungan Pemerintah Kabupaten/Kota dalam perijinan investasi juga menjadi faktor yang penting untuk menarik investor ke Jateng," lanjutnya.
Berdasarkan data Dinas PMPTSP Jateng, realisasi investasi mengalami peningkatan setiap tahun. Pada 2016 realisasi investasi mencapai Rp38,18 triliun, 2017 tercatat Rp51,54 triliun, 2018 menjadi Rp59,27 triliun, 2019 berkembang hingga Rp59,50 triliun. Pada 2020, akibat Covid-19, investasi turun menjadi Rp50,24 triliun. Pada 2021 merangkak naik menjadi Rp52,71 triliun, dan pada 2022 sampai Triwulan III Rp44,99 triliun.
Pada 2022, tercatat dari Triwulan I hingga III, Penanaman Modal Asing (PMA) mencapai Rp26,82 triliun, dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) Rp18,17 triliun, dengan total Rp44,99 triliun. Dengan jumlah proyek investasi sebanyak 14.704 unit dan mampu menyerap tenaga kerja hingga 170.757 orang.
Serapan tenaga kerja tersebut, lanjut Susilo, berdampak pada penurunan angka kemiskinan. Hal ini dapat dilihat melalui data BPS yang menyebut jumlah warga miskin di Jateng terus mengalami tren penurunan pada masa pemerintahan Gubernur Ganjar Pranowo.
Pada tahun 2013 jumlah penduduk miskin di Jateng sebanyak 4,8 juta orang (14,44 persen). Angka ini adalah periode awal Ganjar menjabat atau mulai kuartal IV-2013. Kemudian, pada tahun 2014 jumlah tersebut turun menjadi 4,56 juta jiwa atau (13,58 persen). Di tahun berikutnya, jumlah penduduk miskin di Jateng mengalami kenaikan 15,21 ribu orang menjadi 4,57 juta jiwa, namun secara persentase penduduk miskin tetap yaitu sebesar 13,58 persen.
Tren penurunan kemiskinan di Jateng terus mengalami penurunan dari tahun 2016-2019, rinciannya tahun 2016 sebanyak 4,5 juta jiwa (13,27 persen), tahun 2017 4,45 juta jiwa (13,01 persen), tahun 2018 3,89 juta jiwa (11,32 persen), dan tahun 2019 3,74 juta jiwa (10,80 persen).
Pandemi Covid-19 yang mulai melanda tahun 2020 berdampak pada kenaikan angka kemiskinan Jateng menjadi 3,98 juta jiwa (11,41 persen), tahun 2021 ketika dampak ekonomi imbas Pandemi Covid-19 makin terasa jumlah kemiskinan Jateng kembali naik menjadi 4,1 juta jiwa (11,79 persen).
Tahun 2022 dengan berbagai intervensi yang dilakukan Ganjar, angka kemiskinan Jateng kembali turun menjadi 3,83 juta jiwa (10,93 persen).